Tokyo, Kementerian Kesehatan Jepang telah menghentikan penggunaan vaksin untuk mencegah meningitis dan pneumonia setelah kasus kematian 4 balita yang meninggal setelah mendapat 2 vaksin tersebut.
Dikutip dari JapanToday, keempat balita tersebut adalah bayi perempuan (3 bulan) asal Kanagawa Prefecture, Kawasaki yang meninggal 20 Februari 2011. Balita laki-laki (2 tahun) asal Hyogo Prefecture yang meninggal 1 Maret 2011. Balita perempuan (1 tahun) asal Nishinomiya yang meninggal 2 Maret 2011. Serta bayi perempuan (6 bulan) asal Kyoto City yang meninggal 4 Maret 2011.
Kasus kematian bayi tersebut terjadi tak lama setelah menerima vaksin meningitis di Jepang yang diproduksi Pfizer Inc dan Sanofi-Aventis SA. Pihak Kementerian Kesehatan Jepang masih tidak yakin kematian 4 balita itu terkait dengan pemberian langsung vaksin tersebut.
Namun untuk meredam kepanikan orangtua yang memiliki balita, Kementerian Kesehatan Jepang memutuskan untuk menghentikan sementara vaksin meningitis dan pneumonia hingga keluar hasil investigasi tersebut.
Kementerian Kesehatan Jepang juga menangguhkan sementara penggunaan vaksin Prevenar Pfizer dan ActHIB Sanofi, sambil menunggu penyebab jelas apakah ada hubungannya antara kematian dan vaksin, seperti dilansir Reuters.
Kementerian Kesehatan Jepang berencana akan mengadakan pertemuan panel dengan para ahli pada Selasa (8/3/2011) waktu Jepang setelah berkonsultasi dengan para dokter untuk memeriksa kasus tersebut.
Vaksinasi baru akan dilanjutkan setelah panel memutuskan bahwa kedua vaksin tersebut tidak menyebabkan masalah keamanan serius.
Tiga dari anak-anak yang meninggal di Jepang diberikan Prevenar bersamaan dengan ActHIB. Selain itu, tiga dari anak-anak tersebut juga menerima vaksin campuran untuk difteri, batuk rejan dan tetanus pada hari yang sama.
Perwakilan Pfizer dan Sanofi di Tokyo mengatakan perusahaan tersebut akan bekerja sama dalam hal penyelidikan.
Juru bicara Sanofi mengatakan bahwa perusahaan telah mengirimkan lebih dari 3 juta dosis ActHIB di Jepang sejak 2008, sedangkan juru bicara Pfizer mengatakan perusahaan telah mendistribusikan lebih dari 2 juta dosis Prevenar di Jepang sejak tahun lalu.
Masyarakat Jepang seperti dilansir JapanToday juga terpecah pendapatnya mengenai pemberian vaksin ini. Ada yang berpendapat, kemungkinan meninggalnya balita tersebut karena ada batch vaksin yang rusak.
Beberapa warga juga berpendapat akan lebih banyak bayi meninggal karena tidak divaksin meningitis dan pneumonia karena penyakit ini sangat membahayakan balita.
"Adalah kebodohan jika harus menghentikan vaksin tersebut karena jumlah kematian akibat penyakit ini jauh lebih tinggi apabila tanpa vaksinasi," ujar Sarah Suz dalam komentarnya di JapanToday.
Namun warga bernama Noriyosan mengatakan mengapa tidak mengembangkan kekebalan tubuh alami pada balita ketimbang bayi harus divaksin.
Dikutip dari JapanToday, keempat balita tersebut adalah bayi perempuan (3 bulan) asal Kanagawa Prefecture, Kawasaki yang meninggal 20 Februari 2011. Balita laki-laki (2 tahun) asal Hyogo Prefecture yang meninggal 1 Maret 2011. Balita perempuan (1 tahun) asal Nishinomiya yang meninggal 2 Maret 2011. Serta bayi perempuan (6 bulan) asal Kyoto City yang meninggal 4 Maret 2011.
Kasus kematian bayi tersebut terjadi tak lama setelah menerima vaksin meningitis di Jepang yang diproduksi Pfizer Inc dan Sanofi-Aventis SA. Pihak Kementerian Kesehatan Jepang masih tidak yakin kematian 4 balita itu terkait dengan pemberian langsung vaksin tersebut.
Namun untuk meredam kepanikan orangtua yang memiliki balita, Kementerian Kesehatan Jepang memutuskan untuk menghentikan sementara vaksin meningitis dan pneumonia hingga keluar hasil investigasi tersebut.
Kementerian Kesehatan Jepang juga menangguhkan sementara penggunaan vaksin Prevenar Pfizer dan ActHIB Sanofi, sambil menunggu penyebab jelas apakah ada hubungannya antara kematian dan vaksin, seperti dilansir Reuters.
Kementerian Kesehatan Jepang berencana akan mengadakan pertemuan panel dengan para ahli pada Selasa (8/3/2011) waktu Jepang setelah berkonsultasi dengan para dokter untuk memeriksa kasus tersebut.
Vaksinasi baru akan dilanjutkan setelah panel memutuskan bahwa kedua vaksin tersebut tidak menyebabkan masalah keamanan serius.
Tiga dari anak-anak yang meninggal di Jepang diberikan Prevenar bersamaan dengan ActHIB. Selain itu, tiga dari anak-anak tersebut juga menerima vaksin campuran untuk difteri, batuk rejan dan tetanus pada hari yang sama.
Perwakilan Pfizer dan Sanofi di Tokyo mengatakan perusahaan tersebut akan bekerja sama dalam hal penyelidikan.
Juru bicara Sanofi mengatakan bahwa perusahaan telah mengirimkan lebih dari 3 juta dosis ActHIB di Jepang sejak 2008, sedangkan juru bicara Pfizer mengatakan perusahaan telah mendistribusikan lebih dari 2 juta dosis Prevenar di Jepang sejak tahun lalu.
Masyarakat Jepang seperti dilansir JapanToday juga terpecah pendapatnya mengenai pemberian vaksin ini. Ada yang berpendapat, kemungkinan meninggalnya balita tersebut karena ada batch vaksin yang rusak.
Beberapa warga juga berpendapat akan lebih banyak bayi meninggal karena tidak divaksin meningitis dan pneumonia karena penyakit ini sangat membahayakan balita.
"Adalah kebodohan jika harus menghentikan vaksin tersebut karena jumlah kematian akibat penyakit ini jauh lebih tinggi apabila tanpa vaksinasi," ujar Sarah Suz dalam komentarnya di JapanToday.
Namun warga bernama Noriyosan mengatakan mengapa tidak mengembangkan kekebalan tubuh alami pada balita ketimbang bayi harus divaksin.
Merry Wahyuningsih - detikHealth
+ komentar + 1 komentar
"Adalah kebodohan jika harus menghentikan vaksin tersebut karena jumlah kematian akibat penyakit ini jauh lebih tinggi apabila tanpa vaksinasi," ujar Sarah Suz dalam komentarnya di JapanToday.
Dalam pemikiran manusia sekarang, menyatakan korban meninggal yang sedikit, tidak masalah karena menyelamatkan yang lebih besar. Perbandingan kematian 1 : 1000 tidak masalah, korban 1 menyelamatkan yang 1000.
Dalam Islam, membunuh satu orang sama dengan membunuh seluruh manusia:
مَنْ قَتَلَ نَفْسًا بِغَيْرِ نَفْسٍ أَوْ فَسَادٍ فِي الْأَرْضِ فَكَأَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيعًا وَمَنْ أَحْيَاهَا فَكَأَنَّمَا أَحْيَا النَّاسَ جَمِيعًا
Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. (QS. Al-Maidah: 32)
Artinya korban meninggal 1 orang saja dalam kasus kematian karena setelah di VAKSIN, sudah cukup untuk mengindikasikan bahwa ini pembunuhan untuk seluruih manusia.
Beberapa dokter berkata kepada saya. Ibu, meninggal 1 orang tidak apa-apa tetapi dapat menolong 1000 orang dari bahaya penyakit. Lalu saya tanya " bu dokter kalau yang 1 orang itu anak ibu, apakah ibu rela?, kalau yang 1 orang itu adalah ibunya uibu, apakah ibu rela? kalau yang 1 orang itu adalah suami ibu ,apakah ibu rela?, semua doktyer yang bertanya mengatakan, "Saya tidak rela". tentu saja.. karena pernyataan 1 :1000, korban 1 orang tidak apa-apa adalah pernyataan yang SALAH. Tidak dapat di terima akal, tidak menentramklan hati, dan ntidak sesuai dengan Fitrah manusia.
Karena dampak dari pada vaksinasi terhadap si penerima vaksin, hanya ada 2 hal: 1. kalau tidak kuat si Penerima vaksin meninggal. 2. Kalau si Penerima vaksin itu kuat, maka bisa terjadi cacat, sakit sakitan, atau kelihatannya biasa saja, tapi bila ia tidak di vaksin maka bila ia pintar maka kalau tidak di vaksin lebih pinter dan lebiuh sehat dari sekarang.
Oleh karena itu, yang harus di lakukan adalah mengembangkan kekebalan tubuh alami balita dengan cara TAHNIK, peningkatan imunitas tubuh bayi dengan TAHNIK telah di contohkan Rasulullah. Dengan cara mengunyah KORMA dengan lembut, lalu di ambil dengan jari telunjuk kanan, lalu di tempelkan dan di ulaskan di langit-langit bayi sambil di bacakan doa. Inilah tata cara peningkatan kekebalan tubuh bayi yang sangat optimal meningkatkan sistem imun pada bayi. Jadi mulai sekarang segera STOP PROGRAM VAKSINASI untuk balita, ganti dengan TAHNIK, dan pemberian tetesan madu setiap hari pada bayi. Serta ASI yang berkualitas, dari makanan yang HALALAN TOYIBAN. Inilah standard ALLAH, untuk menjadikan manusia-manusia SUKSES. Wallahualam.
Posting Komentar
Bagi yang berkomentar diharapkan mencantumkan Nama dan Email.