Awal Agustus 2010, perwakilan 14 negara Islam berkumpul di Bandung guna
mendiskusikan masalah vaksin. Acara yang bertepatan dengan pertemuan
tahunan ke-6 Islamic Development Bank (IDB) ini diadakan di Hotel Hyatt
Regency, mengambil tema, “Program Membangun Kemandirian Produksi Vaksin
di negara-negara Islam.” Penyelenggaranya Islamic Development Bank dan
Bio Farma.
Dalam acara itu muncul informasi menarik. Bahwa ternyata
baru empat negara Islam yang mampu memproduksi vaksin. Di antara empat
negara itu, hanya Indonesia yang memperoleh prekualifikasi dari WHO. Tak
heran jika Bio Farma yang sudah berusia 120 tahun, ditunjuk sebagai
pengawas pelaksanaan kesepakatan kerjasama yang tertuang dalam pertemuan
ini.
Usai penutupan acara tersebut, kontributor Majalah Suara
Hidayatullah M. Nurkholis Ridwan mewawancarai Presiden Direktur Bio
Farma Drs Iskandar, Apt, MM, untuk menanyakan lebih dalam seputar
produksi vaksin yang sering menjadi masalah kontroversial di Indonesia,
termasuk vaksin miningitis.
Belum lama ini, Majelis Ulama
Indonesia (MUI) menyatakan bahwa dua vaksin meningitis yang selama ini
diimpor adalah haram. MUI lalu merekomendasi vaksin meningitis produksi
Novartis dari Italia dan Tian Yuan dari China. Keduanya dinilai halal.
Apa tanggapan Iskandar? Simak petikan wawancaranya.
Sebenarnya, sudah berapa negara Islam yang mampu memproduksi vaksin?
Kalau
yang sudah memproduksi ada Iran, Mesir dan Indonesia. Ditambah satu
lagi dari Afrika, tapi itu terbatas. Dari empat ini yang memiliki
kualifikasi dari WHO baru satu, yaitu Bio Farma. Jadi, Indonesia
menempati posisi sangat bagus dibandingkan negara-negara Islam lain.
Tentu saja Bio Farma tidak bisa sendirian. Kami dibantu BPOM (Badan
Pengawas Obat dan Makanan).
Sebenarnya apa sih yang dilakukan Bio Farma selain produksi Vaksin?
Kita
sebetulnya perusahaan Biotek. Tapi juga disebut farmasi. Biofarma
termasuk industri strategis, sudah berdiri hampir 120 tahun. Sekarang
kita ingin jadi besar. Nah, untuk bisa menjadi besar, kita harus punya
produk-produk baru yaitu vaksin-vaksin baru. Baru sepuluh vaksin kita
yang sudah mendapat kualifikasi dunia. Termasuk DTP dan kombinasinya,
polio, campak, BCG dan kombinasinya.
Bio Farma sudah berperan
sebagai ‘benteng’ kesehatan dari sekitar tahun 1974, ketika dunia
menyatakan ingin bebas dari cacar. Yang membuat vaksin cacarnya ya Bio
Farma. Jadi cerita sekarang, kita bukan lokal lagi, tapi merupakan
bagian dari usaha global. Kita perusahaan seratus persen milik
pemerintah. Mudah-mudahan tidak diprivatisasi, karena ini merupakan
industri strategis.
Selain itu, apa yang menarik lainnya?
Kita
ajukan ke teman-teman negara Islam tentang loncatan riset. Kita
sekarang memiliki antigen yang disuntikkan ke bayi kita sehingga
menghasilkan antibodi atau zat pelindung. Yang kita galakkan sekarang
adalah kita memiliki sebuah kendaraan yang akan membawa antigen ini ke
target. Nah, ini sebuah loncatan teknologi yang diharapkan nanti dengan
teknologi ini kita bisa menghasilkan vaksin-vaksin baru yang mumpuni.
Kita
sampaikan, kita akan membuka hal ini ke negara-negara Islam lainnya,
supaya mereka memiliki akses. Kita janji akan mempresentasikan hasil
proof of concept kita untuk vaksin New-TB atau vaksin BCG baru tahun
depan di Mali. Kami yakin, insya Allah kita berhasil mengejar
ketertinggalan selama sepuluh tahun.
Bagaimana dengan vaksin meningitis?
Kalau
meningitis, sebetulnya kita tidak mau memikirkan yang sudah lewat.
Bagaimanapun sudah terjadi dan kita tak bisa berbuat apa-apa.
Semua seed (benih) yang ada di dunia ini pernah kontak dengan enzim babi ketika dikembangkan.
Nah, sekarang kalau itu tidak dianggap halal oleh MUI ya kita turuti
saja, karena MUI yang punya kompetensi untuk mengatakan itu. Tetapi
terus terang saja ini membuat kami sulit, karena kita tidak bisa membuat
vaksin tersebut.
Apakah tak ada alternatif lain untuk meningitis?
Harus
membuatnya sendiri dan itu memerlukan waktu yang panjang. Sekitar lebih
dari lima tahun, kalau seed-nya sudah ada sekarang. Tapi kalau belum
ada, membutuhkan sekitar 12 tahun. Sekarang kita terpaksa impor (vaksin
meningitis, red).
Itu bisa menjamin halal menurut versi MUI?
Kalau kata MUI halal. Kami sih hanya senyum-senyum saja. Kita tidak bisa memberikan komentar apa-apa.
Anda menyebutkan semua benih terkontaminasi dengan enzim babi, berarti termasuk yang dihalalkan oleh MUI?
Ya,
Badan POM harus mengecek sejarah seed-nya. Saya pikir, MUI juga harus
mengecek sejarah seed-nya. Kemudian dilihat prosesnya. Kalau nanti
bersinggungan dengan alkohol berarti juga haram.
Dengan kata lain, kasusnya sama dengan vaksin yang diproduksi oleh Bio Farma?
He..
he… Kita sudah pengalaman 120 tahun, jadi kita tahu. Jadi kami
mengharapkan MUI melihat lagi sejarah seed vaccine (bakal vaksin) dan
prosesnya.
Bagaimana dengan kandungan haram dalam vaksin lain produksi Bio Farma?
Dari
vaksinnya sendiri saya menjamin tidak ada komponen haram. Tapi kalau
definisinya ‘pernah kontak’, membuat jatuh hukum jadi tidak halal
(haram). Padahal kalau dari komponen, tidak. Itu bisa dibuktikan.
Adakah terobosan dari Bio Farma agar bisa memproduksi vaksin dari bahan nabati atau non-hewani?
Sampai
sekarang belum ada. Cuma seperti yang saya katakan tadi, kita
berinvestasi untuk vaksin-vaksin masa depan. Untuk masa depan kita
menggunakan non-animal origin. Kita menghindari penggunaan bahan-bahan
hewan, karena khawatir seperti tadi. Dalam dua tahun ini sudah mulai
kita laksanakan.
Sejauh mana dukungan IDB bagi produksi vaksin?
Selama
ini IDB men-support. Cuma seperti yang saya katakan di awal, belum
fokus pada arah yang kita inginkan. Karena itu, dalam kesempatan meeting
ini kita coba giring ke arah yang lebih fokus. Kalau kita lihat dana
yang tersedia sekitar $ 5,6 juta dolar, itu kecil untuk melakukan riset
vaksin, apalagi untuk memproduksi. Tapi kita punya peluang ke depan.
Jika kita memiliki produk baru dan ingin dibuat di negara-negara lain,
IDB akan men-support dan memfasilitasi investasinya. Jadi sekarang kita
arahkan dana dari IDB ini untuk capacity building saja, peningkatan
kapasitas pengetahuan di negara-negara anggota.
Sejauh mana dukungan pemerintah?
Kemarin
kita sudah sama-sama dengan Komite Inovasi Nasional dan kami mendapat
dukungan penuh untuk membuat cluster biotec, di mana kita jadikan arus
inovasi ini mengalir. Kita sudah ada komitmen dengan Prof. Zuhal untuk
menggulirkan arus inovasi ini secara nasional. Kemudian kami berharap
mendapat dukungan pemerintah supaya riset untuk vaksin jangan tahun
setahun, ini harus multiyears. (
sehatislamy.com)
Sumber : Majalah
SUARA HIDAYATULLAH, Edisi SEPTEMBER Tahun 2010
Posting Komentar
Bagi yang berkomentar diharapkan mencantumkan Nama dan Email.