Tak Setuju Sertifikasi Halal, Menkes Sebut Hampir Semua Obat dan Vaksin Mengandung Babi

Menkes Bilang Hampir Semua Obat Mengandung Babi

Menurutnya, bila sertifikasi halal itu diterapkan, vaksin yang mengandung babi itu tidak bisa digunakan karena tidak memiliki sertifikasi halal.

DEMI memperjuangkan barang haram yang terkandung dalam vaksin, Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi menolak sertifikasi halal pada produk farmasi pada Rancangan Undang-undang Jaminan Produk Halal (RUU JPH). Ia menyatakan bahwa produk farmasi seperti obat dan vaksin memang mengandung barang haram sehingga tidak bisa disertifikasi halal. “Contohnya, walaupun bahan vaksin tidak mengandung babi, tapi katlisatrnya itu mengandung unsur babi. Sehingga tidak bisa dinilai kehalalannya,” ujar Nafsiah di Jakarta, Selasa (3/12/2013). Menurutnya, bila sertifikasi halal itu diterapkan, vaksin yang mengandung babi itu tidak bisa digunakan karena tidak memiliki sertifikasi halal. Nafsiah berdalih, seorang yang berhaji terkena influenza tidak bisa diobati lantaran obatnya mengandung babi. “Kita menolak sertifikasi halal itu untuk vaksin dan obat-obatan,” tandasnya.

Sumber : nusantara-mancanegara.pelitaonline.com/news/2013/12/04/menkes-bilang-hampir-semua-obat-mengandung-babi
 

Bohongi Konsumen Muslim dengan Label Halal Palsu, McDonald Amerika di Gugat Denda Hampir Rp. 7 Miliar


Restoran McDonald's dan pemilik waralabanya harus membayar gugatan sebesar US$700.000 atau sekitar Rp6,7 miliar kepada beberapa komunitas Muslim di Detroit, Amerika Serikat. Perusahaan makanan cepat saji ini dinilai membohongi umat Muslim dengan memasang label halal pada makanan, padahal tidak.

Diberitakan Fox News, Senin 21 Januari 2013, McD dan pemilik waralabanya, Finley's Management Co, setuju membayar "uang damai" tersebut kepada warga Dearbon Heights yang pertama kali menggugat, Ahmed Ahmed, klinik kesehatan Huda dan Museum Nasional Arab Amerika di Dearbon, dan pengacara yang menangani kasus ini.

Gugatan dilayangkan Ahmed setelah dia membeli sandwich isi daging ayam di salah satu rantai McD di Dearborn. Namun dia mengaku daging ayam itu tidak halal, tidak sesuai dengan label yang tertera.

Maksudnya, daging ayam itu disembelih dengan cara yang tidak sesuai dengan syariat Islam, yaitu dengan mengucapkan nama Allah. McDonald's Dearbon adalah satu dari dua cabang waralaba ini yang menyajikan ayam berlabel halal. Hal ini karena Dearbon adalah salah satu wilayah dengan populasi Muslim terbesar di AS, sekitar 150.000 orang.

Sulit dibuktikan apakah ayam itu halal atau tidak. Namun pengacara Ahmed, Kassem Dakhlallah, bersikeras mengatakan bahwa cabang McDonald di Dearbon telah kehabisan produk halal yang akhirnya menyajikan menu non-halal. Beberapa orang saksi dari restoran dan distributor mengakuinya.

Pihak McD dan Finley membantah tuduhan tersebut dan mengatakan mereka menyajikan ayam yang halal. Namun restoran ini tidak ingin memperpanjang kasusnya dan bersedia memberikan ganti rugi.

Menurut gugatan, McDonald's harus membayarkan ganti rugi ke setiap orang yang memesan menu itu antara September 2005 hingga Jumat lalu. Namun ini mustahil. Akhirnya, kedua pihak setuju memberikannya kepada komunitas Muslim melalui beberapa lembaga.

Ini bukan kali pertama McDonald's bermasalah dengan keyakinan umat beragama. Sebelumnya tahun 2002, McD sepakat mendonasikan US$10 juta pada komunitas Hindu di Amerika Serikat sebagai penyelesaian kasus salah label.

McD pada kasus itu melabeli kentang goreng dan kentang tumbuk sebagai makanan vegetarian. Namun setelah ditelusuri, penyajian menu ini menggunakan minyak sayur yang mengandung ekstrak sapi untuk perasa. Sapi dianggap hewan suci bagi umat Hindu dan dilarang dimakan.
 

Kultwit Pengadilan Amerika Memenangkan Gugatan Keluarga Korban Vaksinasi/Imunisasi

Pengadilan Memenangkan Gugatan Korban #Vaksinasi MMR by @CumiCola

Diberitakan dikoran Dailymail hari ini. Pengadilan AS kembali memenangkan gugatan pasangan orgtua yg anaknya menjadi autis akibat #Vaksinasi

Ryan, skrg berusia 10 tahun, putra dari pasangan Saeid & Parivash Mojabi menjadi autis setelah menerima #Vaksinasi MMR ketika ia masih bayi

Ryan menerima #Vaksinasi MMR pada bulan Desember 2003 & Mei 2004. Setelah itu ia mengalami kerusakan otak yg menyebabkannya menjadi autis

Pengadilan memerintahkan negara membayar ganti rugi sebesar 600 ribu Euro (+- 7,8 Milyar) kpd Saeid & Parivash Mojabi, ortu Ryan #Vaksinasi

Jumlah ini tentu tidak sebanding dgn penderitaan yg ditimbulkan #Vaksinasi kpd putra mrk. Trmsk penderitaan psikologis yg mrk alami sbg ortu

Keputusan pengadilan atas kasus Ryan hanya bbp bulan stlh pengadilan Italia memenangkan gugatan ortu anak lain dlm kasus yg sama #Vaksinasi

Pengadilan memerintahkan negara membayar ganti rugi pd psngan ortu yg anaknya mjd autis itu sebesar 140 ribu Euro (+- 1,8 Milyar) #Vaksinasi

Begitulah kecurangan #Vaksinasi, yg berbuat salah produsen & para SPGnya tapi yg membayar ganti rugi adlh negara dgn uang pajak milik rakyat

Dailymail melaporkan bahwa kasus autis meningkat dgn tajam selama satu dekade terakhir. Tercatat 1 dari 64 anak di UK mjd autis #Vaksinasi

Sedangkan pada tahun 1980-an hanya 4 dari 10,000 (baca: sepuluh ribu) anak yg menunjukkan adanya tanda2 autis. Sgt jarang sekali #Vaksinasi

Peningkatan ini sangat kuat korelasinya dgn peningkatan jumlah vaksin yg ditanam ke dalam tubuh anak2 di UK khususnya vaksin MMR #Vaksinasi

Walaupun hubungan antara autis & #Vaksinasi terus disangkal oleh departemen Kesehatan & para dokter pro-vaksin tp fakta berbicara sebaliknya

Di Amerika Serikat, hampir 5000 keluarga menyalahkan vaksin MMR sebagai penyebab terjadinya autis pada anak2 mereka. #Vaksinasi

Thn 2008, seorg gadis kcl, Hannah Poling yg mjd autis akibat #Vaksinasi diberi ganti rugi sebesar 1 juta Euro (+-13 Milyar) o/ pemerintah AS

Para penggiat #Vaksinasi hanya bisa membantah & membantah hubungan vaksin dgn berbagai penyakit spt autis. Tapi kebenaran tdk bisa dihadang

Sejumlah ilmuwan & dokter yg mengungkap bukti hubungan antara vaksin MMR dgn autis berakhir dgn pembunuhan karakter & pengucilan #Vaksinasi

Tp sekali lg kebenaran tdk bs trs menerus dihadang. Ia akan mncari jalannya sndiri. Keterlambatan memahaminya akan menelan korban #Vaksinasi

Salah satunya melalui berita2 korban #Vaksinasi yg dimenangkan pengadilan di media2 terkemuka walaupun cuma berita pinggiran (judul kecil)

Berita lengkap di Dailymail tentang kemenangan orangtua Ryan, anak yg mjd autis akibat #Vaksinasi bisa dicek disini --> http://t.co/4veW0SZE

Berita2 spt itu mendekati mustahil bisa tampil di media2 tanah air yg dikuasai pro-vaksin. Apalagi kasus dibawa sampai pengadilan #Vaksinasi

Demikianlah sekilang ingpo yg dikemas dlm kultwit singkat hari ini. Semoga dapat menstimulasi kerja otak kita ke arah yg benar #Vaksinasi

"Jika #Vaksinasi itu aman, kenapa pengadilan memerintahkan negara membayar ganti rugi kpd korbannya?" #GerakanMemaksimalkanFungsiOtak
 

Mengenaskan, Bayi Di Depok Menderita Karena Susu Formula

Penderitaan Bima bayi yang baru lahir, tidak berhenti saat Intan dan suaminya membawa anaknya pulang dari salah satu rumah sakit di Depok, Jawa Barat. Setelah 7 hari menjalani perawatan usai kelahiran, anak itu terus menangis, menagih agar diberi minum. Awalnya tangisan itu diyakini sebagai sesuatu yang lumrah. Belakangan, tangisan itu justru membuat tanda tanya bagi Intan dan suaminya karena disertai muntah jika habis meminum susu formula.

Di awal kelahirannya, Bima mendapatkan dua asupan yaitu ASI dan susu formula hypoalergic. Karena terus menangis, Intan memutuskan untuk membawanya ke dokter yang berpraktek di rumah sakit yang berbeda dengan tempat melahirkan anaknya yang tidak jauh dari rumah dari kediamannya di Komplek Atsiri Permai, Citayam, Jawa Barat.

Selama beberapa hari, anaknya mengalami kolik atau menangis tanpa henti sampai berjam-jam karena perut kejang. Dokter yang menanganinya menyarankan agar susu formula yang selama ini dinikmatinya yang berjenis hypoalergic untuk diganti dengan susu formula biasa atau lebih bagus jika diberikan ASI. Tetapi, intan hanya punya pilihan menuruti dokter karena ASI yang dihasilkan kurang.

Tidak ada perubahan terhadap anaknya, Intan mencoba untuk membawa dokter spesial anak ke rumah sakit lainnya lagi. Paling tidak, sejak kelahiran anak pertamanya yang saat ini usianya mencapai 2 bulan, Intan sudah membawa anaknya pada tiga rumah sakit dan tiga dokter yang berbeda. Tetapi hampir semua dokter menyarankan dengan mengganti susu yang dikonsumsi dari merek A ke merek B atau C.

Selain itu, kata Intan, setelah konsultasi terakhir, dia tetap disarankan agar asupan formula biasa diganti kembali dengan susu hipolaergic meski sebelumnya dokter memprioritaskan agar diberikan ASI terlebih dahulu dan menjalankan diet makanan.

"Alasannya, kalau tidak, kelanjutan dari susu formula dengan 100 persen susu sapi tidak terhidrolisir akan menyebabkan radang telinga (conge). Jika susunya tidak diganti dan mengalami gangguan hidung yang mengeluarkan suara ngrok," ungkapnya.

Tetapi hampir dua bulan, anak pertamanya tersebut tidak kunjung sembuh, Dokter pun menyarankan anaknya melakukan tes feses atau tes laboratorium kotoran dilakukan untuk mencari tahu penyebab diare. Dokter pun menyarankan untuk menggunakan susu formula jenis hypoalergic dengan merek yang lain.

"Walau diare dan penderitaanya berkurang, tapi saat ini harga hipoalergic yang beredar paling murah seharga Rp 120 ribu sedang yang mahal bisa mencapai Rp 400 ribu per-kaleng ukuran 400 gram yang habis dalam tiga hari. Jika diakumulasi per-bulan setidaknya belasan kaleng akan diberikan ke bayi yang mengalami alergi susu sapi. Dan banyak pantangan dan harus hati-hati untuk pemberian makanan," katanya.

Wakil Ketua Umum Asosiasi Menyusui Indonesia Nia Umar mengatakan bayi yang baru dilahirkan harus diupayakan diberikan air susu ibu sebagai asupannya. Paling tidak ASI eksklusif harus diberikan kepada bayi hingga berusia 6 bulan. Hal ini karena pada rentan usia 6 sampai 9 bulan, ususnya mudah ditembus protein asing.

"Usus tersebut seperti kain kasa yang memiliki lubang-lubang. Jika diberi susu formula, usus tersebut bisa tembus hingga ke dasar. Namun ada mukjizat dibalik ASI, dengan kandungan sel antibodi sIgA dalam jumlah tinggi berperan melapisi permukaan pada usus bayi," katanya.

Nia menegaskan protein susu sapi merupakan alergen yang dapat menimbulkan gangguan pada bayi. Alergen merupakan bahan penyebab terjadinya alergi. "Bayi baru lahir itu sulit untuk mencerna susu formula karena saluran pencernaannya juga belum sempurna."

Dia mengatakan dampak adanya alergi susu pada bayi bisa akibat faktor konsumsi susu sapi ketika ibu dalam hamil, saat awal bayi diberikan susu formula serta proses persalinan. "Jika bayi dilahirkan melalui proses sesar, kemungkinan alergi susu sapi pada bayi yang dilahirkan tersebut akan terjadi. Tapi pada dasarnya, proses selama hamil maupun melahirkan juga mempengaruhi ASI ibunya kelak," ungkapnya. (merdeka/sehatislamy)

Kunjungi website kami [[ http://sharia4indonesia.com/ ]]
Jangan lupa like page kami [[ Sharia4Indonesia ]] 
Follow twitter kami [[ http://twitter.com/sh4i ]]
 

Mewaspadai Bahan Pestisida Pada Buah Atau Sayuran


Pestisida merupakan zat atau campuran bahan kimia yang digunakan untuk menjegah hama pada tanaman buah dan sayur. Pestisida digunakan untuk mengendalikan, menolak, memikat atau membasmi hama, penyakit, gulma yang tidak berpengaruh pada tanaman. Meskipun sering digunakan untuk merujuk hanya untuk insetisida, pestidida juga berlaku untuk herbisida, fungisida, dan berbagai zat lain yang digunakan untuk mengendalikan hama.

Pestisida seringkali disebut sebagai “racun”, tetapi banyak petani yang menggunakan pestisida untuk mencegah kerusakan atau pembusukan. Kandungan pestisida tersebut berbahaya bagi tubuh manusia dalam jangka panjang. Dalam jumlah tertentu, penggunaan pestisida untuk tanaman buah dan sayur masih dapat ditolerir tubuh, namun bila jumlahnya berlebihan bisa membahayakan tubuh, seperti terkena kanker, gangguan system saraf, gangguan tiroid, dan melemahkan system kekebalan tubuh.

Jenis pestisida yg berpotensi menimbulkan bahaya bagi kesehatan manusia :

  • Asefat, Insektisida: Kanker, mutasi gen, kelainan alat reproduksi.
  • Aldikard, Insektisida: Sangat beracun pada dosis rendah.
  • BHC, Insektisida: Kanker, beracun pada alat reproduksi
  • Kaptan, Insektisida: Kanker, mutasi gen
  • Karbiral, Insektisida: Mutasi gen, kerusakan ginjal
  • Klorobensilat, Insektisida: Kanker, mutasi gen, keracunan alat reproduksi
  • Klorotalonis, Fungisida: Kanker, keracunan alat reproduksi
  • Klorprofam, Herbisida: Kanker, mutasi gen, pengaruh kronis
  • Siheksatin, Insektisida: Karsinogen
  • DDT, Insektisida : Cacat lahir, pengaruh kronis.

Berikut ini beberapa cara mengurangi dan membersihkan sayur dan buah dari pestisida:

  • Biasakan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum memegang produk makanan, termasuk saat akan mencuci buah san sayuran
  • Lakukan pencucian buah dan sayur dengan air yang bersih dan mengalir untuk membersihkan sisa-sisa tanah dan kotoran yang menempel. Anda bisa menggunakan sikat gigi atau sikat yang lembut untuk membersihkan pestisida dari buah dan sayuran
  • Buanglah daun terluar dari sayuran berdaun, misalnya kubis, kemudian bilas dengan air bersih dan mengalir
  • Kupaslah kulit sayur dan buah yang memiliki kulit tebal, terutama buah dan sayur yang dilapisi lilin. Selain itu untuk menghilangkan lilin juga bisa dengan dicuci dengan air yang hangat yang dicampur garam dan air lemon atau cuka
  • Ingatlah untuk tidak menggunakan deterjen atau sabun yang dapat meninggalkan bahan kimia lain dibuah dan sayur. Jika hal ini terpasa dilakukan, cucilah dengan air yang bersih dan mengalir secara seksam sampai dengan sisa sabun benar-benar hilang.
  • Memasak dengan cara merebus, menumis, dan menggoreng bisa membantu mengurangi beberapa pestisida dalam buah dan sayur yang tidak hilang saat dikupas atau dicuci

Jika ingin lebih aman lagi, anda bisa meluangkan lahan yang dimiliki untuk ditanami sayuran yang bebas pestisida. Dari buku "Jurus Dahsyat Sehat Sepanjang Hayat" karya dr. Insan Agung Nugroho. (sehatislamy)
 

Apa & Siapa Di Balik Vaksin & Imunisasi?


SEORANG dokter di sebuah kota kecil di Jawa Barat beberapa tahun yang lalu berkata dalam sebuah forum: “Tiga anak saya satupun tidak ada yang diimunisasi. Dan mereka semua baik-baik saja!” Pernyataan sang dokter sontak membuat semua orang yang tengah bersamanya terkejut. Sebagian mengernyitkan kening. Sebagian lain tampak sudah tahu dari berbagai referensi terutama internet. Sebagian lain tiba-tiba saja menjadi was-was.

Dalam beberapa tahun belakangan ini, imunisasi menjadi sebuah perhatian besar bagi keluarga muda yang melek media dan teknologi.

Jika kita merunut sejarah vaksin modern yang dilakukan oleh Flexner Brothers, kita dapat menemukan bahwa kegiatan mereka dalam penelitian tentang vaksinasi pada manusia didanai oleh Keluarga Rockefeller. Rockefeller sendiri adalah salah satu keluarga Yahudi yang paling berpengaruh di dunia, dan mereka adalah bagian dari Zionisme Internasional.

Dan kenyataannya, mereka adalah pendiri WHO dan lembaga strategis lainnya : The UN’s WHO was established by the Rockefeller family’s foundation in 1948 the year after the same Rockefeller cohort established the CIA. Two years later the Rockefeller Foundation established the U.S. Government’s National Science Foundation, the National Institute of Health (NIH), and earlier, the nation’s Public Health Service (PHS). (Dr. Leonard Horowitz dalam “WHO Issues H1N1 Swine Flu PropagAnda”).

Dilihat dari latar belakang WHO, jelas bahwa vaksinasi modern (atau kita menyebutnya imunisasi) adalah salah satu campur tangan (baca : konspirasi) Zionisme dengan tujuan untuk menguasai dan memperbudak seluruh dunia dalam “New World Order” mereka.

Apa Kata Para Ilmuwan Tentang Vaksinasi?

“Satu-satunya vaksin yang aman adalah vaksin yang tidak pernah digunakan.” (Dr. James R. Shannon, mantan direktur Institusi Kesehatan Nasional Amerika).

“Vaksin menipu tubuh supaya tidak lagi menimbulkan reaksi radang. Sehingga vaksin mengubah fungsi pencegahan sistem imun.” (Dr. Richard Moskowitz, Harvard University).

“Kanker pada dasarnya tidak dikenal sebelum kewajiban vaksinasi cacar mulai diperkenalkan. Saya telah menghadapi 200 kasus kanker, dan tak seorang pun dari mereka yang terkena kanker tidak mendapatkan vaksinasi sebelumnya.” (Dr. W.B. Clarke, peneliti kanker Inggris).

“Ketika vaksin dinyatakan aman, keamanannya adalah istilah relatif yang tidak dapat diartikan secara umum.” (dr. Harris Coulter, pakar vaksin internasional)

“Kasus polio meningkat secara cepat sejak vaksin dijalankan. Pada tahun 1957-1958 peningkatan sebesar 50%, dan tahun 1958-1959 peningkatan menjadi 80%.” (Dr. Bernard Greenberg, dalam sidang kongres AS tahun 1962).

“Sebelum vaksinasi besar besaran 50 tahun yang lalu, di negara itu (Amerika) tidak terdapat wabah kanker, penyakit autoimun, dan kasus autisme.” (Neil Z. Miller, peneliti vaksin internasional).

“Vaksin bertanggung jawab terhadap peningkatan jumlah anak-anak dan orang dewasa yang mengalami gangguan sistem imun dan syarat, hiperaktif, kelemahan daya ingat, asma, sindrom keletihan kronis, lupus, artritis reumatiod, sklerosis multiple, dan bahkan epilepsi. Bahkan AIDS yang tidak pernah dikenal dua dekade lalu, menjadi wabah di seluruh dunia saat ini.” (Barbara Loe Fisher, Presiden Pusat Informasi Vaksin Nasional Amerika).

“Tak masuk akal memikirkan bahwa Anda bisa menyuntikkan nanah ke dalam tubuh anak kecil dan dengan proses tertentu akan meningkatkan kesehatan. Tubuh punya cara pertahanan tersendiri yang tergantung pada vitalitas saat itu. Jika dalam kondisi fit, tubuh akan mampu melawan semua infeksi, dan jika kondisinya sedang menurun, tidak akan mampu. Dan Anda tidak dapat mengubah kebugaran tubuh menjadi lebih baik dengan memasukkan racun apapun juga ke dalamnya.” (Dr. William Hay, dalam buku “Immunisation: The Reality behind the Myth”).

Dan masih banyak lagi pendapat ilmuwan yang lainnya. Dan ternyata faktanya di Jerman para praktisi medis, mulai dokter hingga perawat, menolak adanya imunisasi campak. Penolakan itu diterbitkan dalam “Journal of the American Medical Association” (20 Februari 1981) yang berisi sebuah artikel dengan judul “Rubella Vaccine in Suspectible Hospital Employees, Poor Physician Participation”. Dalam artikel itu disebutkan bahwa jumlah partisipan terendah dalam imunisasi campak terjadi di kalangan praktisi medis di Jerman. Hal ini terjadi pada para pakar obstetrik, dan kadar terendah lain terjadi pada para pakar pediatrik. Kurang lebih 90% pakar obstetrik dan 66% parak pediatrik menolak suntikan vaksin rubella.

Apa rahasia di balik vaksin dan imunisasi

Menurut penelitian tentang imunisasi yang telah di lakukan sejak beberapa tahun lalu. Vaksin yang telah diproduksi dan dikirim ke berbagai tempat di belahan bumi ini (terutama negara muslim, negara dunia ketiga, dan negara berkembang), adalah sebuah proyek untuk mengacaukan sifat dan watak generasi penerus di negara-negara tersebut. Vaksin tersebut dibiakkan di dalam tubuh manusia yang bahkan kita tidak ketahui sifat dan asal muasalnya. Kita tahu bahwa vaksin didapat dari darah sang penderita penyakit yang telah berhasil melawan penyakit tersebut. Itu artinya dalam vaksin tersebut terdapat DNA sang inang dari tempat virus dibiakkan tersebut. Pernahkah Anda berpikir apabila DNA orang asing ini tercampur dengan bayi yang masih dalam keadaan suci?

DNA adalah berisi cetak biru atau rangkuman genetik leluhur-leluhur kita yang akan kita warisi. Termasuk sifat, watak, dan sejarah penyakitnya. Lalu apa jadinya apabila DNA orang yang tidak kita tahu asal usul dan wataknya bila tercampur dengan bayi yang masih suci? Tentunya bayi tersebut akan mewarisi genetik DNA sang inang vaksin tersebut.

Pernahkan Anda terpikir apabila sang inang vaksin tersebut dipilih dari orang-orang yang terbuang, kriminal, pembunuh, pemerkosa, peminum alkohol, dan sebagainya?

Dari banyak sumber yang saya dengar selama ini, penelitian tentang virus dilakukan kepada para narapidana untuk menghemat biaya penelitian, atau malah mungkin hal itu disengaja? Zat-zat kimia berbahaya dalam vaksin. Vaksin mengandung substansi berbahaya yang diperlukan untuk mencegah infeksi dan meningkatkan performa vaksin. Seperti merkuri, formaldehyde, dan aluminium, yang dapat membawa efek jangka panjang seperti keterbelakangan mental, autisme, hiperaktif. alzheimer, kemandulan, dll. Dalam 10 tahun terakhir, jumlah anak autis meningkat dari antara 200 – 500 % di setiap negara bagian di Amerika.

Babi dalam Vaksin?

Penggunaan asam amino binatang babi dalam vaksin bukanlah berita yang baru. Bahkan kaum Muslim dan Yahudi banyak yang menentang hal ini karena babi memang diharamkan, seperti tertuang dalam Qur’an ayat berikut : “Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,” (Qur’an surah Al-Maidah (5) ayat 3).

Bahkan dalam Perjanjian Lama (Taurat) juga disebutkan : “Jangan makan babi. Binatang itu haram karena walaupun kukunya terbelah, ia tidak memamah biak. Dagingnya tidak boleh dimakan dan bangkainya pun tak boleh disentuh karena binatang itu haram.”(Imamat 11 : 7-8).

SELALU ada second opinion untuk segala hal yang terjadi di sekeliling kita. Begitu juga dengan soal imunisasi ini. Banyak pihak yang meragukan fakta-fakta lain yang ada di balik imunisasi ini. Namun banyak pula yang tentu saja semakin ingin mengetahui apa saja yang mungkin berada di baliknya.

Zat-zat kimia berbahaya dalam vaksin

Vaksin mengandung substansi berbahaya yang diperlukan untuk mencegah infeksi dan meningkatkan performa vaksin. Seperti merkuri, formaldehyde, dan aluminium, yang dapat membawa efek jangka panjang seperti keterbelakangan mental, autisme, hiperaktif. alzheimer, kemandulan, dll. Dalam 10 tahun terakhir, jumlah anak autis meningkat dari antara 200 – 500 % di setiap negara bagian di Amerika.

Babi dalam Vaksin

Penggunaan asam amino binatang babi dalam vaksin bukanlah berita yang baru. Bahkan kaum Muslim dan Yahudi banyak yang menentang hal ini karena babi memang diharamkan, seperti tertuang dalam Qur’an ayat berikut : “Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,” (Qur’an surah Al-Maidah (5) ayat 3).

Bahkan dalam Perjanjian Lama (Taurat) juga disebutkan : “Jangan makan babi. Binatang itu haram karena walaupun kukunya terbelah, ia tidak memamah biak. Dagingnya tidak boleh dimakan dan bangkainya pun tak boleh disentuh karena binatang itu haram,” (Imamat 11 : 7-8).

Lalu mengapa Allah swt mengharamkan babi?

1. Asam Amino manusia yang hanya sedikit berbeda dari binatang babi.
Asam amino adalah salah satu penyusun protein pada makhluk hidup. Jika kita melihat insulin pada manusia dan babi, maka hanya akan terpaut satu daripada babi. Berikut penjelasannya :
Insulin manusia : C256H381N65O76S6 MW=5807,7
Insulin babi : C257H383N65O77S6 MW=5777,6
Penjelasan : hanya 1 asam amino berbeda

Insulin manusia : C256H381N65O76S6 MW=5807,7
Insulin sapi : C254H377N65O75S6 MW=5733,6

Penjelasan : ada 3 asam amino berbeda.

Para produsen vaksin mengatakan bahwa jika menggunakan asam amino babi, maka mereka tidak memerlukan banyak proses penelitian lagi karena hanya terpaut satu asam amino. Berbeda dengan sapi yang terpaut 3 asam amino.

“Secara chemisty, DNA manusia dan babi hanya beda 3 persen. Aplikasi teknologi transgenetika membuat organ penyusun tubuh babi akan semakin mirip dengan manusia.” (Dr. Muladno, ahli genetika molekuler di Fakultas Peternakan IPB)

Tapi sayangnya mereka lupa jika asam aminonya hampir identik berarti sama saja kita memakan daging manusia (kanibal), dan telah jelas bahwa kanibal dapat menyebabkan penyakit-penyakit genetik yang tidak bisa disembuhkan, termasuk penyakit syaraf dan lain-lain.

Di China, terdapat sebuah desa yang gemar memakan daging manusia yang melintas di desanya, yang kemudian digunakan untuk sebuah perayaan. Mereka mengatakan bahwa rasa daging manusia mirip dengan rasa daging babi.

2. Sifat babi yang buruk dapat menurun kepada manusia yang memakannya.

Seorang Imam Muslim bersama kawannya orang barat pernah melakuak test kepada 3 ekor babi dan 3 ekor ayam, masing masing adalah 2 jantan dan 1 betina. Dan hasilnya adalah : Ketika 2 ekor ayam jantan dan 1 ayam betina dilepas, maka 2 ayam jantan tersebut bertarung hingga satu tewas/kalah untuk merebutkan betina. Namun apa yang terjadi ketika 2 ekor babi jantan dan 1 ekor babi betina dilepas ? ternyata babi jantan yang satu membantu yang lain untuk melaksanakan hajat seksualnya pada si betina. Dan sang Imam berkata, “Inilah ! Daging babi itu membunuh ‘ghirah’ (rasa cemburu) orang yang memakannya dan ini terjadi pada kaum kalian.”

Beberapa penelitian di barat juga banyak yang menyatakan bahwa memakan babi dapat mempengaruhi watak, resiko perselingkuhan, dan hasrat seksual yang melebihi ambang batas kewajaran sebagai manusia.

3. Tubuh babi dapat mengubah virus jinak menjadi ganas.

Babi memiliki berbagai reseptor dalam tubuhnya yang dapat menjadikan virus jinak yang masuk ke dalam tubuh babi kemudian keluar dalam keadaan ganas, diantaranya reseptor yang sangat dikenal para ilmuwan adalah reseptor alfa 2,6 sialic acid untuk mengikat influenza manusia dan 2,3 sialic acid untuk mengikat virus influenza unggas. Virus-virus yang terikat ke dalam reseptor tersebut kemudian dapat berubah menjadi ganas. Selain itu reseptor-reseptor itu juga dapat mengikat dua jenis virus yang memiliki sifat yang berbeda, untuk kemudian di mixing menjadi satu virus ganas yang memiliki 2 sifat.

4. Banyaknya penyakit dalam tubuh Babi

Kita sudah mengetahui sejak Sekolah Dasar dahulu bahwa babi mengandung cacing pita yang sangat berbahaya. Cacing pita bahkan dapat mengganggu sistem syaraf dan dapat masuk hingga otak manusia. Selain cacing pita masih banyak penyakit lainnya yang disebabkan oleh babi melalui bakteri, karena kebiasaannya yang senang memakan kotoran, bahkan kotorannya sendiri.

5. Sifat aneh babi lainnya.

“Babi mempunyai sifat kembar antara binatang buas dan binatang jinak. Sifatnya yang menyerupai binatang buas adalah karena ia bertaring dan suka makan bangkai, sedangkan sifatnya yang menyerupai binatang jinak ialah karena ia berceracak dan makan rumput serta dedaunan lainnya.

Babi memiliki syahwat yang amat kuat, hingga pada saat ia kawin (bersetubuh), pejantan bertengger di atas betinanya yang berjalan bermil-mil jauhnya. Pejantannya mengejar-ngejar betina demikian kasar hingga terjadi perkelahian yang mungkin menewaskan salah satu atau menewaskan kedua-duanya.

Satu kali mengandung, babi betina dapat melahirkan dua puluh ekor anak. Pejantan mulai kawin bila telah berumur 8 bulan, sedangkan betinanya mulai melahirkan bila telah mencapai umur 6 bulan. Di beberapa negeri, babi kawin pada umur 4 bulan, betinanya mulai bunting setelah dikawini dan akan melahirkan setelah bunting selama enam atau tujuh bulan. Babi betina yang telah mencapai umur 15 tahun tidak dapat beranak. Jenis binatang ini adalah yang paling banyak mempunyai keturunan. Babi jantan merupakan binatang jantan yang paling tahan lama bertengger di atas betinanya (kawin).

Yang mengherankan, jika sebelah matanya dicungkil ia segera mati. Babi memiliki kesamaan dengan manusia, yaitu kulitnya tidak dapat dikelupas kecuali jika dipotong lebih dulu daging yang berada di bawahnya.” (Kamal al-Din Muhammad ibn Musa al-Damiri, dalam Kitabul-Hayawan Al-Kubra).

Bencana akibat vaksin yang tidak pernah dipublikasikan.

•    Di Amerika pada tahun 1991 – 1994 sebanyak 38.787 masalah kesehatan dilaporkan kepada Vaccine Adverse Event Reporting System (VAERS) FDA. Dari jumlah ini 45% terjadi pada hari vaksinasi, 20% pada hari berikutnya dan 93% dalam waktu 2 mgg setelah vaksinasi. Kematian biasanya terjadi di kalangan anak anak usia 1-3 bulan.

•    Pada 1986 ada 1300 kasus pertusis di Kansas dan 90% penderita adalah anak-anak yang telah mendapatkan vaksinasi ini sebelumnya. Kegagalan sejenis juga terjadi di Nova Scotia di mana pertusis telah muncul sekalipun telah dilakukan vaksinasi universal.

•    Jerman mewajibkan vaksinasi tahun 1939. Jumlah kasus dipteri naik menjadi 150.000 kasus, di mana pada tahun yang sama, Norwegia yang tidak melakukan vaksinasi, kasus dipterinya hanya sebanyak 50 kasus.

•    Penularan polio dalam skala besar, menyerang anak-anak di Nigeria Utara berpenduduk muslim. Hal itu terjadi setelah diberikan vaksinasi polio, sumbangan AS untuk penduduk muslim. Beberapa pemimpin Islam lokal menuduh Pemerintah Federal Nigeria menjadi bagian dari pelaksanaan rencana Amerika untuk menghabiskan orang-orang Muslim dengan menggunakan vaksin.

•    Tahun 1989-1991 vaksin campak ”high titre” buatan Yugoslavia Edmonton-Zagreb diuji coba pada 1500 anak-anak miskin keturunan orang hitam dan latin, di kota Los Angeles, Meksiko, Haiti dan Afrika. Vaksin tersebut sangat direkomendasikan oleh WHO. Program dihentikan setelah di dapati banyak anak-anak meninggal dunia dalam jumlah yang besar.

•    Vaksin campak menyebabkan penindasan terhadap sistem kekebalan tubuh anak-anak dalam waktu panjang selama 6 bulan sampai 3 tahun. Akibatnya anak-anak yang diberi vaksin mengalami penurunan kekebalan tubuh dan meninggal dunia dalam jumlah besar dari penyakit-penyakit lainnya WHO kemudian menarik vaksin-vaksin tersebut dari pasar di tahun 1992.

•    Setiap program vaksin dari WHO di laksanakan di Afrika dan Negara-negara dunia ketiga lainnya, hampir selalu terdapat penjangkitan penyakit-penyakit berbahaya di lokasi program vaksin dilakukan. Virus HIV penyebab Aids di perkenalkan lewat program WHO melalui komunitas homoseksual melalui vaksin hepatitis dan masuk ke Afrika tengah melalui vaksin cacar.

•    Desember 2002, Menteri Kesehatan Amerika, Tommy G. Thompson menyatakan, tidak merencanakan memberi suntikan vaksin cacar. Dia juga merekomendasikan kepada anggota kabinet lainnya untuk tidak meminta pelaksaanaan vaksin itu. Sejak vaksinasi massal diterapkan pada jutaan bayi, banyak dilaporkan berbagai gangguan serius pada otak, jantung, sistem metabolisme, dan gangguan lain mulai mengisi halaman-halaman jurnal kesehatan.

•    Kenyataannya vaksin untuk janin telah digunakan untuk memasukan encephalomyelitis, dengan indikasi terjadi pembengkakan otak dan pendarahan di dalam. Bart Classen, seorang dokter dari Maryland, menerbitkan data yang memperlihatkan bahwa tingkat penyakit diabetes berkembang secara signifikan di Selandia Baru, setelah vaksin hepatitis B diberikan secara massal di kalangan anak-anak.

•    Melaporkan bahwa, vaksin meningococcal merupakan ”Bom waktu bagi kesehatan penerima vaksin.”

•    Anak-anak di Amerika Serikat mendapatkan vaksin yang berpotensi membahayakan dan dapat menyebabkan kerusakan permanen. Berbagai macam imunisasi misalnya, Vaksin-vaksin seperti Hepatitis B, DPT, Polio, MMR, Varicela (Cacar air) terbukti telah banyak memakan korban anak-anak Amerika sendiri, mereka menderita kelainan syaraf, anak-anak cacat, diabetes, autis, autoimun dan lain-lain.

•    Vaksin cacar dipercayai bisa memberikan imunisasi kepada masyarakat terhadap cacar. Pada saat vaksin ini diluncurkan, sebenarnya kasus cacar sudah sedang menurun. Jepang mewajibkan suntikan vaksin pada 1872. Pada 1892, ada 165.774 kasus cacar dengan 29.979 berakhir dengan kematian walaupun adanya program vaksin.

•    Pemaksaan vaksin cacar, di mana orang yang menolak bisa diperkarakan secara hukum, dilakukan di Inggris tahun 1867. Dalam 4 tahun, 97.5& masyarakat usia 2 sampai 50 tahun telah divaksinasi. Setahun kemudian Inggris merasakan epidemik cacar terburuknya dalam sejarah dengan 44.840 kematian. Antara 1871 – 1880 kasus cacar naik dari 28 menjadi 46 per 100.000 orang. Vaksin cacar tidak berhasil.

•    Dan masih banyak lagi. (islampos1/islampos2/sehatislamy)
 

Ternyata Vaksin Folio Proses Pembuatannya (Memang) Masih Gunakan Unsur Babi


WAJAR banyak warga masyarakat yang menolak untuk memvaksinasi anak-anak mereka karena ternyata vaksin khususnya vaksin folio dalam prosesnya pembuatannya tidak bisa lepas dari unsur zat haram dalam hal ini babi.

Hal tersebut diakui sendiri oleh ibu Astri Rachmawati dari perusahaan farmasi Bio Farma, dalam penjelasannya di acara seminar bertajuk “Imunisasi Halal dan Thayyib?” yang diselenggarakan oleh komunitas Halal Corner (HC) pada hari Sabtu kemarin (23/2/2013).

“Dalam proses pembuatan vaksin folio harus menggunakan yang namanya enzim tripsin yang berasal dari hewan babi, namun tripsin hanya digunakan sebagai katalis dan proses akhir pembuatan vaksin folio murni bersih dari unsur tripsin itu sendiri,” ujar beliau.

Sewaktu ditanya oleh islampos.com apakah selama ini pembuatan vaksin folio selalu menggunakan tripsin, ibu Astri dari pihak Bio Farma mengakuinya, karena menurutnya tripsin memang harus selalu dipakai sebelum ada alternatif lain. Oleh karena itu pihaknya meminta fatwa dari MUI soal ini. Diakuinya juga bahwa proses meminta fatwa dari MUI setelah ramai masyarakat yang mempertanyakan kehalalan vaksin.

“Semua pembuatan vaksin folio harus menggunakan tripsin oleh karena itu kami meminta fatwa dari MUI dan hal itupun dilakukan setelah masyarakat mulai ramai mempertanyakan kehalalan vaksin,” tambahnya.

Dijelaskannnya juga bahwa pihak Bio Farma sendiri masih sedang berusaha mengembangkan pembuatan vaksin yang tidak menggunakan tripsin (yang saat ini dalam tahap riset) dan beliau menjanjikan mudah-mudahan tahun 2016 sudah ada SIPV yang juga merupakan bahan untuk pembuatan vaksin folio namun bahannya sudah tidak menggunakan tripsin lagi. (islampos/sehatislamy)
 
 
Sekretariat : Jl. Raya Bukit No. 38 Serua, Ciputat, Tangsel
Telp : 021-74639255 | © 2010-2012 | SehatIslamy
Template Created by Creating Website Published Powered by Blogger
Silahkan menyebarluaskan konten web ini dengan menyantumkan linknya