Kenapa iklan rokok yang tidak menampilkan orang merokok, bentuk
rokoknya, gambar kotak rokoknya, semua tidak ada, dan iklan sering kali
begitu indahnya berhasil mengingatkan orang untuk merokok. Karena di
akhir iklan rokok selalu ada “PERINGATAN PEMERINTAH: MEROKOK DAPAT MENYEBABKAN KANKER, SERANGAN JANTUNG, IMPOTENSI DAN GANGGUAN KEHAMILAN DAN JANIN. Sama dengan efek samping obat-obatan kimia
yang sebenarnya JUGA MEMBAHAYAKAN KESEHATAN tidak kita pedulikan, yaitu
dapat mengakibatkan kerusakan pada ginjal, hati, menyebabkan tumor,
hipertensi, merusak usus, mengakibatkan kebutaan, menyebabkan
kelumpuhan, kejang-kejang, diare, depresi, paru-paru basah, sesak nafas,
sakit kepala, dan lain sebagainya.
Ciri-ciri obat kimia medis konvensional DENGAN
SANGAT JELAS, yaitu: sintetis dan asing bagi tubuh alami kita, memiliki
berbagai efek samping negatif, merusak alam jika dibuang ke air dan
tanah dalam jumlah yang banyak, bersifat toksik, memiliki rentetan
sejarah yang menunjukkan pasien makin parah setelah mengonsumsinya,
serta tidak bisa dikonsumsi setiap hari layaknya makanan karena bisa
mengakibatkan cacat ataupun kematian.
Tapi dengan begitu banyaknya hal negatif dari obat kimia, mengapa masih
tetap menjadi standar dan sangat dipercaya dibandingkan alam ciptaan
Tuhan? Kunci jawaban dari pertanyaan ini adalah politik, uang, dan
kejeniusan ilmu marketing perusahaan obat. “Ah, yang bener…? Apa maksud
Anda dengan politik, uang, dan kejeniusan ilmu marketing?” Baiklah, ini
penjelasannya…
Bagaimana Menjual Racun Mematikan yang Tidak Enak Rasanya dan Membuat
Orang Kecanduan Racun Tersebut? Nah, hal ini dapat dipahami dari
pelajaran marketing Tung Desem Waringin dalam bukunya “Marketing
Revolution” tentang kejeniusan iklan rokok. Bagaimana “Menawarkan”
sesuatu hal yang tidak enak, merusak kesehatan, menghabiskan uang,
membuat mulut bau, baju dan celana berlubang, bahkan paru-paru pun ikut
berlubang, dicurigai merusak janin, menimbulkan impotensi, membuat sakit
jantung, kanker?
Jawabannya adalah dengan menggunakan hukum Pavlov.
Seperti anjing yang dirangsang, lapar, begitu keluar air liurnya
dibunyikan lonceng. Ketika dibiasakan berulang-ulang. Terjadilah satu
yang namanya “Cantolan” kebiasaan. Ketika dibalik dibunyikan lonceng
langsung keluar air liurnya. Walaupun lonceng tidak ada hubungannya
dengan lapar & air liur. Iklan rokok juga dimulai dengan menampilkan
misal sosok koboi yang keren, jantan, kemudian ketika perasaan penonton
mulai keluar, keren, gagah, jantan, keluarlah musik dan suara yang
khas, gambar, dan slogan rokok tersebut. Dan ini diulangi terus sampai
timbullah “Cantolan” kebiasaan. Ketika ingat rokok tersebut keluarlah
perasaan keren, gagah, dan jantan. Plus didukung dengan “Hukum
Ikut-Ikutan” orang takut tidak diterima dalam kelompoknya.
Demikian juga iklan yang menunjukkan keakraban dalam sebuah gank dengan
cerita yang simple, konkret, shocking, emosionil, menunjukkan saling
membantu antarteman, bisa dipercaya. Ketika perasaan tersebut sudah
keluar, keluarlah musik, suara yang khas dan slogan rokok tersebut.
Setelah diulang-ulang timbul “Cantolan” kebiasaan ketika melihat iklan
rokok, mendengarkan suara slogan, ingat rokok tersebut ingat satu
perasaan keakraban, saling membantu. Bisa juga menggunakan kelompok
orang terkenal, bintang film, artis, musisi untuk menimbulkan perasaan
terkenal, hebat, baru keluar slogan rokok tersebut.
Bisa juga dengan menggunakan sekelompok pemuda yang menunjukkan perasaan
dinamis, baru keluar slogan rokok tersebut. Bisa juga menggunakan
kelompok pemuda yang kreatif yang menunjukkan perasaan kreatif, baru
keluar slogan rokok tersebut. Sama dengan iklan rokok tadi, marketing
brilian dari medis konvensional mampu mencuci otak masyarakat melalui
penampilan luar dokter yang rapi, rupawan, dan profesional; peralatan
yang canggih dan mahal; penelitian-penelitian yang nampak rumit dan
hanya dilakukan oleh orang-orang pintar; iklan-iklan yang penuh dengan
janji dan menyentuh perasaan, kata-kata intelektual yang membingungkan
(hanya orang “berpendidikan tinggi” saja yang biasa memahaminya);
sekolah kedokteran yang eksklusif dan mahal; prestis yang dimiliki; dan
lain sebagainya. Apalagi ditambah slogan-slogan yang penuh dengan
kata-kata “modern, canggih, lebih pasti, lebih ilmiah, mutakhir,
terstandarisasi, terobosan baru, temuan baru, teruji, dan kata-kata
lainnya yang membuat kita berasumsi hal yang baik-baik saja.
Semua ini Anda lihat dari sejak kecil dan Anda sering mendengar dan
menyaksikan “semua” orang mengelu-elukan “kehebatan dan kepintaran”
dokter medis konvensional. “Iklan hidup” mengenai pengobatan medis
konvensional ini bertahun-tahun Anda terima sampai sekarang ini, dan ini
semua melekat begitu dalam di batin bawah sadar Anda, sampai-sampai
Anda meyakininya sebagai kebenaran.
Jika sudah yakin, Anda pun PASTI dengan rela MEMBERI DIRI kepada dokter
Anda untuk disembuhkan. Lain dari dokter, “No way!!!” atau seringkali…,
”Alternatif? No way!”
OK, sekarang bagaimana dengan contoh iklan tandingan, iklan Layanan
Masyarakat untuk mengurangi perokok dan dampak buruknya? Kalau ada iklan
dilarang Merokok. Orang akan semakin merokok. Karena pikiran bawah
sadar manusia tidak mengenal kata negatif “Tidak”, “Jangan”, “Tidak
Boleh”, ataupun “Dilarang”. Sekian detik otak kita malah kepingin tahu
“Apa itu?” Misal ada istri yang cemburu sama suaminya dan dia bicara,
“Awas ya, Papa DILARANG INGAT-INGAT TUTI!” Apa yang terjadi? Dijamin
suaminya jadi ingat “TUTI”. Bahkan seketika wajah “TUTI” akan keluar di
kepala sang suami.
Kenapa iklan rokok yang tidak menampilkan orang merokok, bentuk
rokoknya, gambar kotak rokoknya, semua tidak ada, dan iklan sering kali
begitu indahnya berhasil mengingatkan orang untuk merokok. Karena di
akhir iklan rokok selalu ada “PERINGATAN PEMERINTAH: MEROKOK DAPAT
MENYEBABKAN KANKER, SERANGAN JANTUNG, IMPOTENSI DAN GANGGUAN KEHAMILAN
DAN JANIN. Sama dengan efek samping obat-obatan kimia yang sebenarnya
JUGA MEMBAHAYAKAN KESEHATAN tidak kita pedulikan, yaitu dapat
mengakibatkan kerusakan pada ginjal, hati, menyebabkan tumor,
hipertensi, merusak usus, mengakibatkan kebutaan, menyebabkan
kelumpuhan, kejang-kejang, diare, depresi, paru-paru basah, sesak nafas,
sakit kepala, dan lain sebagainya.
Walaupun semua efek samping mengerikan tadi TERTULIS DENGAN JELAS pada
kemasan atau brosur pemakaian obat, Anda masih saja dengan mantap
mengkonsumsi obat-obatan sintetis yang pahit, mahal, merusak ginjal,
jantung, hati, dan organ tubuh lainnya, serta belum tentu manjur
tersebut?!?! Pengobatan medis konvensional yang sama dengan rokok
tersebut diantaranya adalah kemoterapi, obat antidepresi, obat diabetes,
dan ARV.
Referensi: Waringin, Tung Desem: Marketing Revolution, hal. 243-244, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008
Pengobatan yang Merusak Alam
Produsen obat-obatan kimia medis konvensional berkata, “Tapi bukankah
produk-produk kami mengolah alam karena juga berasal dari alam?” Ya
memang benar obat-obat kimia medis konvensional berasal dari alam.
Bahkan segala yang ada di sekitar adalah dari alam, seperti misalnya
mobil, jam tangan, radio, racun serangga, kosmetik, dan sebagainya.
Tapi permasalahannya adalah benarkah memproduksi obat-obatan kimia
adalah tindakan mengolah alam? Tidak. Yang benar adalah merusak alam.
Contoh pengobatan yang mengolah alam adalah suplemen. Pembuatan suplemen
merupakan tindakan mengolah alam. Perbedaannya sungguh besar karena
pembuatan suplemen tidak merusak “rancangan” Tuhan atas materi asal yang
dijadikan suplemen.
Unsur alam yang ada telah memiliki fungsi atau manfaat yang telah
ditentukan Tuhan sebelumnya dan tinggal kita yang memanfaatkan alam
tersebut sesuai dengan yang “dimaksudkan” Tuhan untuk kebaikan kita.
Contoh mengolah alam adalah pemanfaatan khasiat kelapa dengan membuat
suplemen Virgin Coconut Oil, pemanfaatan khasiat omega-3 pada minyak
ikan dengan ekstrak minyak ikan, pembuatan suplemen klorofil, pembuatan
ekstrak bawang putih, dan sebagainya. Lain halnya dengan obat-obatan
yang dibuat oleh manusia dengan cara pemisahan unsur molekul dari
molekul aslinya (yang sebenarnya “menyeimbangkan”) sehingga “rancangan
awal Tuhan” atas molekul tersebut jadi hilang. Contoh merusak alam dari
molekul asli yang sebenarnya untuk “menyeimbangkan” adalah pembuatan
garam meja yang digembar-gemborkan mengandung yodium yang baik untuk
kesehatan ternyata adalah garam berbahaya yang telah dipecah dari unsur
garam aslinya. Garam yodium malah terbukti menyebabkan hipertensi
sedangkan garam laut asli yang “kita jauhi” ternyata diciptakan oleh
Tuhan untuk penyedap rasa yang nikmat dan baik untuk meyembuhkan
berbagai masalah kesehatan.
Prinsip “Lebih Baik” Apa artinya Prinsip “Lebih Baik”? Ini adalah suatu
prinsip yang memegang atau mempercayakan diri pada sesuatu yang lebih
baik dibandingkan sesuatu lain yang kurang baik. Ini adalah prinsip yang
sangat sederhana dan demi keselamatan Anda sendiri, ikutilah prinsip
ini.
Untuk memahaminya, saya ajukan pertanyaan: Apakah suatu tindakan yang
masuk akal dan cerdas jika kita tetap mengandalkan obatan-obatan kimia
beracun yang ternyata tidak bisa menyembuhkan (sekedar merawat), padahal
di sekitar kita ada alam yang sudah terbukti lebih baik dan BISA
MENYEMBUHKAN?
Jika ada yang lebih baik, mengapa harus pakai yang jelek? (kiatsehat2010/sehatislamy.com)
Posting Komentar
Bagi yang berkomentar diharapkan mencantumkan Nama dan Email.