KENAPA KITA HARUS KELUAR DARI SISTEM MEDIS BARAT?
Oleh: Ustadz Ihsan Tanjung
وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ
“dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku,”
[QS Asy-Syu’ara (26) : 80]
Sebagaimana
judul besar di atas, berikut ini ada setidaknya 4 hal yang insyaAllah
cukup menjadi alasan bagi kita untuk keluar dari sistem medis Barat.
1. Bertentangan dalam banyak hal dengan Thibbun Nabawi
Sebagaimana
yang difirmankan Allah dalam ayat di atas, maka seharusnya itulah yang
menjadi landasan utama kita dalam memandang dan menyikapi suatu
penyakit, bahwa Allah lah Yang Maha Kuasa menyembuhkan kita dari segala
penyakit kita, sebagaimana Dia pula lah Yang memberikan sakit itu
sebagai ujian bagi kita. Dalam salah satu hadistnya, Rasulullah SAW
bersabda, ‘Tiada seorang mukmin ditimpa rasa sakit,
kelelahan (kepayahan), diserang penyakit atau kesedihan (kesusahan)
sampai pun duri yang menusuk (tubuhnya) kecuali dengan itu Allah
menghapus dosa-dosanya.’ (HR. Bukhari).
Adapun sistem medis barat
jelas hanya mengandalkan akal saja, mereka tidak mau mengakui adanya
Allah Yang Maha Menyembuhkan segala penyakit. Hal ini lah mengapa
pengobatan barat dikatakan sebagai pengobatan yang wholistik (parsial),
yang hanya mengobati secara lahiriah/jasmani/fisik. Sedangkan Thibbun
Nabawi adalah sistem medis yang holistik (menyeluruh), yang mengobati
baik lahir dan batin, jasmani dan ruhani, fisik dan psikis.
Dalam hadist yang lain, Rasulullah SAW bersabda, ‘Allah
menurunkan penyakit dan menurunkan pula obatnya, diketahui oleh yang
mengetahui dan tidak akan diketahui oleh orang yang tidak mengerti.’
(HR. Bukhari dan Muslim). Hadist ini menunjukkan bahwa, semua penyakit
memiliki obatnya dan semua penyakit dapat disembuhkan, dengan izin
Allah. Keyakinan ini sejalan dengan firman Allah dalam surat Asy-Syu’ara
ayat 26 tersebut di atas. Namun Rasulullah SAW juga bersabda, ‘Allah tidak menjadikan penyembuhanmu dengan apa yang diharamkan atas kamu.’
(HR. Al-Baihaqi).
Maksud dari hadist tersebut ialah obat yang
Rasulullah SAW maksud di hadist sebelumnya adalah obat-obatan yang halal
dan thoyyib. Sementara dalam sistem medis barat, tidak diperhatikan
dari mana suatu obat dibuat, dari bahan apa, bagaimana cara
memperolehnya juga tidak diperhatikan. Kebanyakan obat-obatan dalam
sistem medis barat dibuat dari bahan-bahan kimia sintetis yang tidak
alami dan bersifat merusak (menimbulkan side effect). Bahkan, beberapa obat dibuat dari bahan-bahan seperti gelatin babi, otak
bayi, daging manusia, dan yang lainnya, yang sudah jelas keharamannya.
Adapun obat-obatan Thibbun Nabawi yang disebutkan dalam berbagai ayat
Qur’an dan hadist Nabi SAW adalah obat-obatan dari alam atau natural
yang diperhatikan kehalalan dan ke-thoyyib-annya.
Hal lain yang
membedakan sistem medis barat dengan Thibbun Nabawi adalah penanganan
terhadap penyakit yang diderita. Pada sistem medis barat, yang
ditekankan adalah menghilangkan simptom-simptom (tanda-tanda) penyakit
yang muncul saja (symptomatic treatment), tidak melihat pada
apa penyebab dari gejala atau tanda-tanda tersebut, mereka tidak melihat
dari akar penyakit itu, sehingga tidak menyembuhkannya, malah justru
‘menyembunyikan’ penyakit.
Berbeda dengan Thibbun Nabawi yang berusaha
mencari akar dari permasalahan dan penyakit yang terlihat, dan berusaha
menanganinya hingga tuntas, sehingga terkadang terlihat lambat terlihat
efeknya, namun justru itulah pengobatan yang sebenarnya, yaitu yang
menyelesaikan permasalahan atau penyakit hingga ke penyebab utama dari
penyakit itu (causative treatment).
Keunggulan lain dari
Thibbun Nabawi adalah penekanannya pada bagaimana cara mengembalikan
keseimbangan tubuh dan seluruh fungsinya secara optimal terutama
meningkatkan kekebalan (imunity) tubuh. Imunity adalah suatu
sistem alammi yang Allah ciptakan dalam tubuh kita, sistem yang
berfungsi mengalahkan kuman-kuman penyebab suatu penyakit. Allah
memberikan sistem imunity ini pada manusia dan penyakit timbul ketika
sistem imunity kita ini melemah, maka kuman-kuman tersebut dapat
menyerang organ-organ kita. Sedangkan dalam sistem pengobatan barat yang
dilakukan adalah justru mematikan semua kuman-kuman tersebut,
menyebabkan justru kuman-kuman ‘baik’ dalam tubuh kita juga ikut mati,
dan bahkan merusak sel-sel tubuh kita dengan efek sampingnya tersebut.
2. Konspirasi Di Balik Sistem Pengobatan Barat
Ahmad Thomson dalam bukunya yang berjudul ‘Sistem Dajjal’'
menerangkan bahwa di era sekarang ini hampir semua sisi kehidupan kita
telah didominasi oleh sistem kafir atau sistem Dajjal. Maksud sistem
Dajjal di sini adalah suatu sistem yang dipersiapkan oleh para pendukung
Dajjal untuk menyambut kehadiran si Dajjal itu sendiri. Termasuk di
dalamnya adalah sistem medis barat.
Sistem medis barat
–sebagaimana sistem kehidupan lain– sekarang ini sedemikian rupa telah
menjadi sebuah industri besar, semua proses dari yang terkecil hingga
yang terbesar adalah bagian dari proses produsen-konsumen. Rumah sakit
dijalankan bagaikan sebuah bisnis, bisnis yang memanfaatkan kesakitan
orang lain. Sehingga sekian banyak orang menggantungkan kelangsungan
hidupnya pada sakitnya orang lain. Mulai dari dokter-dokter bergaji
fantastis, hingga para pemasok peralatan dan obat-obatan pada rumah
sakit-rumah sakit dan dokter-dokter tersebut.
Sebagai bagian dari
sebuah mata rantai produksi, rumah sakit pun mulai berusaha menekan
jumlah pengeluaran dengan dilakukannya banyak otomatisasi dalam
menangani pasien. Maka rumah sakit menjadi semakin tidak manusiawi.
Dokter-dokter hasil pengkondisian universitas pun merawat pasien
layaknya profesor-profesor mereka mengutak-atik teori. Sebagaimana para
profesor yang senang bermain dengan gagasan-gagasan dan teori-teori,
para dokter pun kerap beruji coba dengan obat-obatan. Buah dari prestise
bekerja sebagai dokter, maka banyak pasien korban uji coba dan mal
praktek ini tidak berani menuntut mereka kerena merasa tidak punya ilmu.
Dokter-dokter pun merasa seperti tuhan yang menentukan kelangsungan
hidup si pasien.
Kemudian dengan dalih
kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan dan telah berkembangnya
jenis-jenis penyakit, sistem medis barat pun mengesampingkan metode
medis Thibbun Nabawi yang telah terbukti selama ribuan tahun. Men-cap
metode medis dari Nabi SAW ini sebagai metode alternatif yang meragukan
dan belum teruji keefektifannya. Padahal sistem medis mereka yang baru
ada sekitar 100 tahun belakang ini pun dasar-dasarnya dijiplak dari
ilmuwan-ilmuwan Muslim –seperti buku The Canon oleh Ibnu Sina–
yang mendapatkan ilmunya dari Qur’an dan Hadist Nabi SAW.
Selain itu,
penyakit-penyakit yang baru muncul dalam 100 tahun ini pun pada
hakikatnya adalah penyakit-penyakit yang muncul sebagai buah dari gaya
hidup jahiliyah yang mereka praktekkan. Sebagai contoh, seandainya pola
hidup seks bebas tidak menjadi adat-istiadat, tentulah tidak perlu
terjadi aborsi sekian banyak setiap tahunnya. Bahkan seandainya sistem
medis ini tidak menjadi industri dan sarana mengeruk keuntungan,
tentulah tidak akan ada orang-orang yang tega menciptakan dan
menyebarkan virus-virus ganas yang menimbulkan penyakit-penyakit yang
belum pernah ada sebelumnya, seperti yang bukti-buktinya akan dijelaskan
kemudian.
Terakhir, seandainya pola hidup yang Rasulullah SAW ajarkan
diterapkan, tentunya semua akan berbeda. Rasulullah SAW pernah menerima
kiriman obat-obatan mahal dari Mesir. Namun Nabi SAW mengembalikannya
dengan pesan bahwa cara hidup Beliau SAW adalah obat dan pengobatan
terbaik. Terbukti bahwa Nabi SAW hanya sakit dua kali sepanjang
hidupnya, yaitu ketika makanan Beliau SAW diracun dan ketika beliau akan
meninggal dunia.
Adapun klaim sistem
medis barat yang menolak dan meremehkan sistem medis Thibbun Nabawi,
karena dalih penyakit-penyakit baru tersebut itu pun, dapat dibantah
dengan hadist Nabi SAW yang telah disampaikan di atas, Rasulullah SAW
bersabda, ‘Allah menurunkan penyakit dan menurunkan pula obatnya,
diketahui oleh yang mengetahui dan tidak akan diketahui oleh orang yang
tidak mengerti.’ (HR. Bukhari dan Muslim).
Sekalipun
penyakit-penyakit itu baru dan bahkan buatan manusia sendiri, tentulah
itu semua tidak akan terjadi kecuali dengan izin Allah Yang Maha Kuasa.
Maka tentunya Allah, Yang Maha Menyembuhkan, telah menurunkan juga obat
terhadap penyakit-penyakit tersebut dan tentu obat yang dimaksud adalah
obat-obatan yg halal dan thoyyib.
3. Kerusakan yang Ditimbulkan oleh Sistem Medis Barat
Jerry D. Gray dalam bukunya, ‘Deadly Mist’,
mengungkapkan bahwa di balik munculnya beragam penyakit-penyakit
mematikan yang merebak seperti anthrax, flu burung, AIDS, dll, ternyata
adalah sebuah konspirasi jahat hasil dari rekayasa virus oleh para
pemilik pabrik-pabrik dan perusahaan-perusahaan obat-obatan yang
terkenal di dunia. Dengan merekayasa virus-virus tersebut, maka mereka
akan lebih paham struktur dan karakteristik dari virus-virus tersebut,
sehingga mereka dapat mengeruk keuntungan yang besar dengan menciptakan,
mempatenkan, dan menjual ‘obat-obatan’ untuk penyakit-penyakit yg
ditimbulkan oleh virus-virus tersebut, melalui pabrik-pabrik mereka.
Sebagai
contoh, penyakit yang dikenal dengan nama AIDS (Acquired Immune
Deficiency Syndrome), ternyata adalah suatu agen biologi yang
dikembangkan salah satunya oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat.
Tercatat pada tahun 1969, Dr. Robert MacMahon meminta (dan akhirnya
menerima) $10 juta dana dari kongres AS untuk mengembangkan penyakit
senjata biologis ini. Proyek ini berada di bawah pengawasan CIA dan
dilaksanakan di lab-lab gabungan milik universitas-universitas dan
perusahaan-perusahaan, juga Divisi Operasi Khusus di Fort Detrick milik
Angkatan Darat.
Pada tahun berikutnya, pendanaan tersebut disetujui, dan
AS dengan cepat melakukan usaha yg intensif untuk mengembangkan senjata
biologi tersebut. Program yg dikenal bernama MKNAOMI ini dijalankan
bersama-sama dengan program kedok dengan nama “The Special Virus Cancer
program / Program Virus Khusus Kanker”. Sehingga mereka juga bisa
mendapat bantuan dana dari NIH (National Institutes of Health).
Kemudian
pada 1978 dimulai lah percobaan pertama penularan virus mematikan ini,
pada tahun ini CDC (Centers for Disease Control / Pusat Pengendalian
Penyakit) mulai mengeluarkan iklan bagi kaum gay/homoseksual yg ingin
berpartisipasi pada “percobaan vaksin hepatitis B”. Percobaan pertama
ini dilakukan di New York, Los Angeles, dan Sanfransisco. Dan ada tahun
1981 kasus AIDS pertama pun dikenal di dunia terjangkit pada laki-laki
homoseksual, khsusunya di New York, Los Angeles, dan San Fransisco.
Diduga bahwa AIDS telah ditularkan melalui vaksin Hepatitis B. Setelah
menyebarnya virus ini, maka dengan mudah mereka dapat menjual
obat-obatan dari perusahaan-perusahaan mereka, yg sebenarnya juga
membantu menyebarkan virus-virus ini.
Universitas
Yale (Perguruan tinggi tempat keluarga Harriman, Bush, dan Rockefeller)
dan Britol Myers memegang paten dari salah satu obat utama HIV. Mereka
mengeruk keuntungan yg sangat banyak dari menjual obat-obatan yg
sebenarnya tidak menyembuhkan sama sekali ini. Tercatat, Yale University
memperoleh royalti atas paten mereka terhadap obat d4t/Zerit,hingga
$40.000.000 pada satu tahun 1998 saja. Brystol Myers Squibb sendiri dari
tahun 1998 hingga 2001, memperoleh keuntungan hingga $5 Miliar dari
penjualan Taxol, obat pelawan kanker, yang digunakan untuk pengobatan
penderita AIDS Kaposi’s sarcoma. Beginilah salah satu cara mereka
memperoleh keuntungan dari penderitaan orang lain, penderitaan yang
mereka sendiri yang merekayasanya. Wallahu’alam.
Salah
satu faktor lain yg memperlihatkan kita akan kerusakan yang ditimbulkan
oleh sistem medis Barat adalah vaksinasi dan imunisasi. Dalam bukunya
yg berjudul ‘Vaksinasi; Dampak, Konspirasi, dan Solusi Sehat Ala Rasulullah SAW’,
Ummu Salamah memaparkan secara rinci dan jelas bagaimana vaksinasi dan
imunisasi justru telah menimbulkan jauh lebih banyak kerusakan dan
kerugian dari pada keuntungan yang mereka propagandakan.
Ummu
Salamah mengungkapkan kepada kita bagaimana sejarah vaksinasi yang dari
awal mula terciptanya telah mengalami penolakan-penolakan dari para
ahli, selain itu dijelaskan juga bagaimana tata cara pembuatan dan apa
saja bahan-bahan berbahaya yg terdapat di dalamnya, mulai dari logam
berat yg dapat menyebabkan kanker, hingga bahkan untuk beberapa vaksin
yang terkenal di dalam pembuatannya melibatkan bahan-bahan seperti
embrio manusia. Selanjutnya, buku ini juga menguraikan secara rinci
setiap bukti-bukti, data-data ilmiah bagaimana vaksin dan imunisasi itu
justru semakin meningkatkan tingkat terjangkitnya suatu penyakit yang
harusnya dicegahnya dalam sauatu wilayah, dan bahkan munculnya efek-efek
samping lainnya yg cenderung lebih berbahaya dari penyakit ingin
dicegah.
Selain
itu, Ummu Salamah juga mengungkapkan dalam buku ini pengalaman yang
langsung Ia rasakan sendiri akibat Vaksin Meningitis yang diberikan
kepadanya menjelang pergi menunaikan ibadah Haji. Kemudian dijelaskan
pula bagaimana dalam pengujiannya vaksin yang diberikan cenderung
menggunakan metode Trial and Error, yakni cara pengujian dengan
menyebarkan vaksin tersebut kepada masyarakat, jika kemudian vaksin
tersebut baru terlihat tdak bekerja sebagaimana seharusnya, maka barulah
vaksin tersebut ditarik dari peredaran, suatu cara yang sangat tidak
manusiawi.
Dijelaskan juga pihak-pihak yang memperoleh keuntungan dari
seluruh program penipuan ini, bagaimana manipulasi pemberitaan yang
tidak seimbang antara iklan vaksin dan dambak serta bencana yang
ditimbulkannya, bagaimana para perusahaan farmasi terus mengeruk
keuntungan yg luar biasa dari penderitaan orang lain. Dan dapat dilihat
juga bagaimana para ahli dan ilmuwan dari berbagai negara dan bangsa
telah banyak menulis dan meneliti betapa dampak buruk yang ditimbulkan
dari vaksinasi dan imunisasi ini dari awal penemuannya hingga
penyakit-penyakit yang tidak kita kenal sebelum adanya vaksin-vaksin
tersebut, sekarang menyebar dan terus meningkat. Wallahu’alam.
4. Solusi yang Ditawarkan oleh Sistem Medis Thibbun Nabawi
Setelah
kita mengetahui berbagai persoalan yang kita hadapi dalam bidang medis
ini, tibalah kita pada bagian solusi. Ummu Salamah, tidak lupa pada
bagian terakhir bukunya, beliau juga menerangkan solusi apa yang telah
Rasullullah saw. ajarkan dalam mencegah dan mengobati penyakit, mulai
dari hukum dalam Islam terkait obat-obatan, obat-obatan yang ada dalam
Al-Qur’an dan Hadist, dan kemudian dijelaskan secara lengkap mengenai
berbekam (hijamah), mulai dari anjuran Rasulullah SAW, kemudian manfaat
berbekam, bagaimana berbekam dapat membantu menjaga keseimbangan
metabolisme tubuh kita, waktu yg tepat untuk berbekam, peralatannya,
serta penjelasan lainnya.
Selain
solusi yang sudah disebutkan dalam buku di atas, banyak buku-buku lain
yang juga menjelaskan bagaimana cara Rasulullah SAW menyikapi suatu
penyakit, salah satunya adalah buku yg juga ditulis oleh Jerry D. Gray,
yang berjudul ‘Rasulullah is My Doctor’.
Dalam buku ini, Jerry D. Gray membagi penjelasannya dalam 3 bagian
besar. Pada bagian pertama buku ini dijelaskan apa itu kedokteran Nabi
saw. Mulai dari betapa kesadaran dan keyakinan akan kesembuhan hanya
milik dan dari Allah sebagai landasannya, kemudian bagaimana Nabi saw.
telah merinci kita akan hal-hal yg dapat menyembuhkan penyakit kita,
baik itu hal yg bersifat makanan atau sesuatu yg dikonsumsi, maupun
do’a-do’a yang dianjurkan. Pada bagian kedua, dijelaskan dalam buku ini
secara lengkap dan rinci berbagai macam tumbuh-tumbuhan, sayur-sayuran,
serta buah-buahan dan apa manfaat mereka terhadap beragam penyakit
bahkan beserta dosis dan cara pengolahannya yg mudah kita ikuti. Pada
bagian ketiga dan terakhir, Jerry D. Gray kembali mengingatkan kita akan
bahaya yang ditimbulkan dari sistem medis Barat, dijelasakan di sini
bagaimana justru obat-obatan kimiawi adalah sumber dari berbagai
penyakit, bagaimana banyaknya cara-cara pengobatan yg dilakukan oleh
sistem pengobata barat justru bukan berdasarkan bukti yg ilmiah,
melainkan hanya berdasarkan asumsi belaka, dan bahkan mungkin memang
bukan bermaksud untuk mengobati. Wallahu’alam. [bjksd/sehatislamy.com]
Dikombinasikan dari tulisan satu dan tulisan dua.
+ komentar + 1 komentar
Hari ini kaum Muslimin berada dalam situasi di mana aturan-aturan kafir sedang diterapkan. Maka realitas tanah-tanah Muslim saat ini adalah sebagaimana Rasulullah Saw. di Makkah sebelum Negara Islam didirikan di Madinah. Oleh karena itu, dalam rangka bekerja untuk pendirian Negara Islam, kita perlu mengikuti contoh yang terbangun di dalam Sirah. Dalam memeriksa periode Mekkah, hingga pendirian Negara Islam di Madinah, kita melihat bahwa RasulAllah Saw. melalui beberapa tahap spesifik dan jelas dan mengerjakan beberapa aksi spesifik dalam tahap-tahap itu
Posting Komentar
Bagi yang berkomentar diharapkan mencantumkan Nama dan Email.